Hotel Pondok Indah Bedugul, Kemegahan di Perbukitan Bali yang Menyimpan Misteri Berjuluk Istana Hantu

Di sebuah perbukitan di Kabupaten Tabanan, Bali berdiri sebuah hotel megah bernama Hotel Pondok Indah Bedugul.

Tak seperti hotel pada umumnya, hotel ini tak ada penghuninya. Bahkan sejak pertama kali berdiri, tak pernah ada tamu yang menginap di hotel ini.

Hotel yang kerap disingkat menjadi P.I Bedugul ini menyimpan misteri. Ada yang menyebutnya sebagai Istana Hantu sehingga menimbulkan kesan angker.

Sejarah Hotel Pondok Indah Bedugul

Hotel yang berlokasi di Desa Batunya, Kecamatan Baturiti ini dibangun pada tahun 90-an sebelum krisis moneter melanda Indonesia pada 1998. Namun proyek pembangunan hotel tiba-tiba berhenti begitu saja, meski sebagian bangunan telah berdiri.

Tak jelas siapa pemilik hotel ini. Desas-desus menyebutkan hotel ini milik salah satu anggota Keluarga Cendana, yakni Hutomo Mandala Putra yang merupakan anak mantan Presiden Soeharto.

Ada pula yang mengatakan hotel ini milik pengusaha asing yang terganjal masalah perizinan.

Keberadaan hotel ini nyaris terlupakan oleh warga Bali. Wisatawan asing, Jacob Laukaitis membuat hotel ini kembali ramai diperbincangkan.

Istana Hantu

Jacob membuat video ‘Massive Abandoned Hotel in Bali | Ghost Palace Hotel, Indonesia’ yang diunggah pada 2015 melalui akun YouTube miliknya.

Dia memperlihatkan kondisi hotel tersebut dengan menjelajahi hampir seluruh bagian hotel yang tampak seperti bangunan tak terawat.

“Nobody knows why it was abandoned 10 year ago,” bunyi narasi dalam video tersebut.

Setiap sudut bangunan hotel dia telusuri. Bahkan ada sebuah tulisan di wastafel berbunyi ‘Di sini ada hantu’

Kendati Hotel Pondok Indah Bedugul terkesan angker dan mistis, namun hotel ini sejatinya berada di lokasi yang memiliki pemandangan indah.

Hotel P.I Bedugul berada di atas perbukitan hijau yang memberikan view pemandangan alam yang memukau. Deretan bangunan yang ada juga tampak megah dan menarik untuk spot foto yang estetik.

Kendati tampak mistis dan terkesan angker, banyak wisatawan asing yang penasaran datang ke sini.

Hotel ini tenar di kalangan wisatawan asing sebagai Ghost Palace Hotel. Berani coba?

KLENTENG KU TAK LAGI UTUH

klenteng

Pria paruh baya itu serius menghadap altar pemujaan. Matanya memejam. Kedua tangannya diangkat setinggi wajah sembari mengayun-ayunkan dua batang dupa bakar dalam gengamannya. Aroma wangi pun menyeruak di klenteng. Ia larut dalam ritual sembahyang seolah tak terpengaruh riuh ramai pedagang di luar pagar klenteng berusia lebih dari seabad itu.

Nama asli klenteng itu Zhen Ling Gong. Orang kebanyakan lebih mengenalnya dengan Klenteng Poncowinatan karena letaknya di jalan Poncowinatan. Klenteng tua di utara Tugu Yogyakarta ini sudah ada sejak tahun 1897 dan merupakan klenteng tertua di Yogyakarta. Lokasinya berhadap-hadapan dengan Pasar Kranggan, dipisahkan oleh jalan selebar 5 meter. Kondisi bangunannya sebagian masih asli seperti ketika dibangun pertama kali dulu.

“Awalnya Sultan HB VII memberikan tanah seluas 6.244 meter persegi kepada orang tionghoa. Di tanah itulah lalu didirikan klenteng,” kata pria itu. Ia adalah Ziput Lokasari, pengurus Yayasan Bakti Loka yang menanungi Klenteng Poncowinatan dan Klenteng di Gondomanan.

Menurut cerita Ziput, sekira tahun 1860-an di kawasan sebelah utara Tugu Yogyakarta ditetapkan sebagai kawasan penduduk tionghoa oleh Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Diatas Sultan Ground (tanah keraton/milik sultan) yang diberikan itulah, pertama-tama orang tionghoa mendirikan tempat peribadatan mereka yakni Kauw Lang Teng, yang kemudian mengalami perubahan penyebutan menjadi Klenteng.klenteng2

“Mereka bahu-membahu mendirikan klenteng dengan uang mereka. Sumbangan itu dikumpulkan dari yang terkecil 5 sen sampai 300 gulden. Itu arsipnya masih ada,” katanya lagi.

Selesai membangun klenteng, pada tahun 1907 orang tionghoa juga memikirkan pendidikan bagi mereka. Lantas sekolah modern tionghoa pertama di Yogyakarta dibangun di kawasan klenteng. Namanya Tiong Hoa Hak Tong (THHT) yang menginduk pada Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) di Batavia. Bangunan THHT berdiri di sebelah barat klenteng. Sehingga di kawasan yang sejak tahun 1923 tercatat sebagai China Temple, ini kemudian terbagi menjadi tiga: bagian tengah untuk rumah ibadah seluas 2.000 meter persegi, sebelah barat untuk sekolah seluas 1.200 meter persegi, sisanya untuk tempat olahraga dan kebudayaan.

Pengelola THHT dan klenteng orang yang sama. Selain dikelola etnis tionghoa, keduanya memang sedari awal satu bagian dalam kawasan klenteng. Ziput memastikan itu dengan menunjuk sebuah akta pendirian sekolah dalam bahasa Belanda yang sudah diterjemahkan baru-baru ini. Dalam akta Nomor 24 tertanggal 19 Juni 1907 itu, disebutkan pendirian THHT dimaksudkan untuk menyebarkan ajaran Konghucu lewat sekolah yang dibuka di klenteng.

Tapi sekolah THHT sudah tidak ada lagi. Pengelolaan sekolah berganti-ganti, sejak pemerintah Belanda mendirikan Holland Chinese School (HCS ), dan kemudian melarang pengelolaan sekolah oleh etnis tionghoa. Terakhir, pada tahun 1970 pengelolaan sekolah dikuasai oleh Yayasan Budya Wacana (YBW). Sekarang ini klenteng diapit ketat oleh sekolah Budya Wacana di sebelah barat, dan sebelah timur berdiri Sekolah Bhineka Tunggal Ika.

klenteng-baru-4Setiap imlek dan hari-hari keagamaan bagi orang tionghoa, klenteng ini ramai dikunjungi. Klenteng ini juga menarik perhatian wisatawan lantaran termasuk salah satu bangunan tua di Yogyakarta. Beberapa pihak mengusahakan klenteng ini ditetapkan sebagai kawasan heritage alias benda cagar budaya.

Namun sejak tahun 2007 ketenangan umat di klenteng terusik. Sengketa antara Yayasan Bakti Loka (YBL) sebagai pengelola klenteng dengan Yayasan Budya Wacana (YBW) sebagai pengelola sekolah Budya Wacana menjadi pemicunya. Pihak klenteng menuding telah terjadi perusakan klenteng Poncowinatan sebagai benda cagar budaya oleh pihak YBW.

Semuanya berawal sejak gempa yogyakarta pada 27 Mei 2006 lalu. Pasca gempa besar itu, pihak YBW merasa gedung tua yang mereka tempati tidak lagi aman lantaran banyak kerusakan akibat gempa. YBW lantas merenovasi bangunan sekolah dengan merubuhkan bangunan lama. Diatas tanah itulah kemudian didirikan bangunan tiga lantai sebagai bangunan sekolah yang baru.

Langkah YBW merubuhkan bangunan sekolah, belakangan dipersoalkan. Pihak YBL menganggap YBW telah merusak sebagian kawasan klenteng. Beberapa surat rekomendasi yang dikeluarkan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, dan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta menyatakan bahwa kawasan kelenteng itu telah menjadi kawasan cagar budaya. YBL pun beranggapan sekolah Budya Wacana menempati tanah dan bangunan yang semula adalah bagian dari klenteng. Pihak klenteng makin yakin, perubuhan bangunan sekolah yang lama dianggap sebagai perusakan atas bagian klenteng.

YBL punya dalil kuat dibalik tudingan perusakan itu. Menurut Ziput, selama ini sekolah Budya Wacana memang tidak terpisahkan dengan kawasan klenteng. Bangunannya pun menyatu dengan klenteng.

“Bangunan sekolah awalnya bagian klenteng,” terang Ziput sembari menunjukkan sebuah foto kawasan klenteng tahun 1950-an. Dalam foto itu memang terlihat tidak ada pemisah antara bangunan sekolah dengan klenteng. Tapi, sejak bangunan sekolah Budya Wacana yang baru berdiri, klenteng dan sekolah seolah terpisahkan.

YBW leluasa merubuhkan bangunan lama kabarnya karena mengantongi izin dari Pemkot Yogyakarta. Pihak yang menentang pembangunan sekolah Budya Wacana pun kemudian mengajukan gugatan soal pemberian izin ini. Sidang gugatan YBL atas Pemkot Yogyakarta di PTUN memutuskan pembangunan sekolah tidak boleh dilanjutkan sembari menunggu keputusan apakah kawasan klenteng termasuk benda cagar budaya atau tidak.

Namun, YBW tidak menggubris dan terus melakukan pembangunan gedung sekolah. Bahkan pihak YBW menolak tudingan merusak cagar budaya. Pihak YBW beralasan belum ada keputusan resmi apakah kawasan klenteng Poncowinatan termasuk cagar budaya atau tidak.

Pihak YBL ganti membantah alasan yang dikemukakan YBW. Mereka beranggapan, kendati klenteng Poncowinatan belum berstatus sebagai benda cagar budaya, bukan berarti pihak YBW bisa seenaknya merubuhkan bangunan sekolah yang lama, yang menurut mereka satu kesatuan dalam kawasan klenteng. “Kalau belum cagar budaya, toh bangunan itu sudah berumur diatas 50 tahun. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992, bangunan yang berumur lebih dari 50 tahun dianggap bangunan cagar budaya,” ujar Ziput lagi.

Pekan lalu, bersama Komisi II DPRD Yogyakarta, pihak yang menentang perusakan klenteng juga mengadukan Pemkot Yogyakarta ke UNESCO, Dinas Pariwisata Seni dan Budaya DIY, serta ke Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta atas dugaan ikut andil dalam perusakan klenteng. BP3 DIY memutuskan akan melakukan kajian terhadap status kawasan klenteng Poncowinatan apakah layak ditetapkan sebagai benda cagar budaya atau tidak.

klenteng4Sayangnya kawasan itu sudah tak utuh lagi. Sekolah dan klenteng terpisah, bahkan sebagian bangunannya telah hancur. “Yang tertinggal hanya separuh, kelentengnya saja,” tutur Ziput

Gedung baru sekolah Budya Wacana itu kini terlanjur selesai dibangun. Ia berdiri kokoh disamping klenteng. Tembok menjulang tinggi selebar 60 cm memisahkan keduanya.


Rz, suka-liat-bangunan-tua

Kemenangan Obama

obama-menteng1

Siapa sangka ekspresi wajah bocah-bocah SD Menteng yang sedang teriak kegirangan bakal muncul di halaman depan koran NY Times, salah satu koran terbesar di negeri AS sana.

Obama memang sukses mencetak sejarah : Presiden AS pertama berkulit hitam dan keturunan Afro-Amerika. Fakta lainnya, meski tidak penting juga, ia memiliki darah Islam dari garis Ayah dan pernah tinggal di Indonesia dan sebentar mencicipi bangku sekolah di Indonesia. Yang terakhir mungkin alasan kenapa bocah-bocah SD Menteng muncul di NY Times.

Soal kemenangan Obama saya menilainya biasa saja. Pertama, mungkin karena kesuksesan Obama merambah dunia maya untuk medium kampanye. Kedua, Ia juga berhasil merangkul suara kaum muda. Mereka itu pemilih pemula dan jumlahnya mendekati 20 persen dari total pemilih dalam Pilpres AS. Jumlah itu cukup signifikan, mengingat partisipasi warga AS dalam Pemilu cukup rendah, yakni 40 persen.  Ia juga berhasil merebut hati kelompok minoritas, oposisi, dan kaum perempuan yang belum memutuskan pilihan hingga detik-detik terakhir pencoblosan.

Ketiga, Republikan salah memasang kandidat. Mc Cain- Palin relatif kalah bila disandingkan dengan kandidat Demokrat Obama-Biden. Meskipun perlu dicatat, Biden hanya sedikit kontribusinya dalam kemenangan Obama.

Mc Cain sosok orang tua konservatif, gaya bicaranya kaku dan tidak menawarkan sesuatu yang kongkrit bagi calon pemilih. Ia hanya dihormati sebagai pahlawan perang Vietnam lantaran pernah mendekam di tahanan Vietkong selama hampir 5 tahun. Kesan kaku Mc Cain tampak pada 3 kali debat pre-election yang secara gemilang dimenangkan oleh Obama. Konservatif jelas tak memberi harapan bagi warga AS yang sedang dirundung masalah. AS sedang goyah akibat krisis finansial, pengangguran melonjak drastis, dan jumlah utang menumpuk akibat perang di Irak dan Afghanistan.

Obama dengan semboyan Yes, We Can dan Change We Need bagaikan spirit baru bagi warga AS yang sedang murung dan menginginkan harapan. Satu alasan yang masih harus diverifikasi, katanya, beberapa orang tua prajurit AS yang diterjunkan di Afghanistan dan Irak, memilih Obama lantaran ingin anaknya segera ditarik dari medan perang.

topi-jacky-kennedy1

Bagaimana Palin? Bagi saya, dia hanya sukses memelopori trend baru busana dan kacamata wanita. Kejadian yang mirip dengan kepeloporan gaya topi dan kacamata besar Jacqueline Kennedy, istri mendiang Presiden John Kennedy di era 60-an. Sementara Biden sepertinya hanya sekedar pelengkap persyaratan Obama menjadi Capres.

Gelombang dukungan orang-orang kaya di AS dan sejumlah tokoh berpengaruh, juga salah satu faktor kemenangan Obama. Berkat dukungan itu, dana kampanye Obama sanggup menembus rekor hingga 1 Miliar Dollar AS. Padahal, pada Pemilu 2004 lalu, Komisi Pemilihan Federal melansir total dana kampanye dari kandidat Bush dan Kerry hanya mencapai 693 juta dollar AS.

Kemenangan Obama bukan karena keberhasilan ia seorang dan tim suksesnya plus Partai Demokrat. Tapi, ada gelombang dukungan yang tidak terkira yang membantu Obama untuk mencapai White House.

Rz, bukan-lulusan-SD-Menteng

Upah Jurnalis

Berapa upah yang layak bagi seorang jurnalis?

Tiap daerah tentu punya ukuran yang berbeda, tapi untuk di Yogyakarta, saya dapat hitungan baru.

Versi Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Jogja, kebutuhan layak seorang jurnalis dalam sebulan, yakni: makanan dan minuman sebesar Rp 750.000, perumahan dan fasilitas sebesar Rp 242.667, kebutuhan sandang Rp 149.000 dan ditambah aneka kebutuhan lainnya Rp 1,3 juta lebih. Total kebutuhan Rp 2.480.439. Upah tersebut harus ditambah 10 persen dari total upah sebesar Rp 248.439 untuk tabungan. Sehingga totalnya mencapai Rp 2,7 juta lebih.

Kebutuhan mendasar bagi pemburu berita di Yogyakarta pun, berbeda jika dibandingkan dengan pemburu berita di Ibukota Jakarta. Disana mungkin laptop lebih dibutuhkan, tetapi disini, kendaraan bermotor jelas prioritas utama. Bagi yang pernah tinggal di Yogyakarta pasti tahu benar soal transportasi disini.

Upah layak itu jelas penting. Mengapa? Para jurnalis sadar betul yang namanya menerima “amplop” jelas haram bin terlarang. Itu melanggar kode etik jurnalis. Tapi, kalau upah rendah sementara kebutuhan tinggi, terima amplop pun jelas solusi terpintas. Meski masih banyak juga jurnalis yang bertahan di sisi idealisme untuk tidak menerima amplop. Saya berdiri di sisi itu. Tapi tidak menyalahkan kawan-kawan yang berdiri di sisi lain.

Sejenak saya melirik slip gaji. “Ouwww…masih jauh”

Rz, bisakah-jurnalis-kaya?

Pernikahan Itu

Hari itu, 14 Oktober 2008 menjadi hari paling bahagia bagi Hendricus Johannes Deijkers dan Christianus Huijbregts. Keduanya telah mengikatkan diri dalam tali perkawinan yang suci di Desa Pupuan Sawah, pinggiran Tabanan, Bali, lengkap dengan busana pengantin khas Bali.

Keduanya warga Belanda, dan dari wajahnya kemungkinan mereka sudah berusia lanjut. Entah kenapa, mereka memilih menikah di Bali lengkap dengan memakai ritual pernikahan ala Hindu Bali. Sebab, pernikahan model mereka justru sesuatu yang lumrah di negara mereka.

Eh..selidik punya selidik, mereka bukan sedang melakukan ritual pernikahan, melainkan ritual pindah agama. Keduanya yang semula beragama Katolik, memilih hijrah ke agama HIndu. Selain karena keduanya sudah lama menetap di Bali dan ingin menjadi orang Bali seutuhnya, langkah pindah keimanan itu lantaran keduanya mempunyai anak angkat asli Bali. Dan keduanya ternyata, mengaku sudah lama menikah di negeri asalnya sana.

Photo by Murdani Usman/REUTERS

Rz, gak-pengen-nikah-di-Bali